MENGANALISIS TEKS ANEKDOT DARI ASPEK MAKNA TERSIRAT


Hasil gambar untuk teks anekdot1. Pengertian, Struktur, dan Kebahasaan Teks Anekdot
a. Pengertian Cerita Anekdot
  Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. (KBBI: 47). Kelucuan itu terbentuk antara lain karena ketololan, kesalahpahaman, kesalahandengaran, kesombongan, kecelakaan akibat ulah sendiri, dsb. dengan tujuan utaman menyindir.
Masalah yang diangkat pada umumnya berkaitan dengan masalah sosial atau masalah publik. Bisa juga anekdot dibuat berdasarkan rekaan, baik peristiwa, pelaku (partisipan), tempat kejadian, maupun waktunya. Namun tujuan utama anekdot adalah untuk menyampaikan kritik/sindiran dalam bentuk cerita lucu.

b. Struktur Isi
Struktur teks anekdot secara lengkap terdiri dari:
1) Abstract (abstrak) adalah bagian awal yang berisi isyarat tentang apa yang akan diceritakan, berupa kejadian yang tidak lumrah, tidak biasa, atau aneh. Bagian ini bersifat opsional (boleh tidak ada).
2) Orientation (orientasi) adalah bagian yang berisi pendahuluan/pembuka yang berupa pengenalan tokoh, waktu, dan tempat.
3) Events (even) adalah rangkaian kejadian atau peristiwa, bisa juga rangkaian dialog percakapan.
4) Crisis (krisis) adalah bagian yang berisi pemunculan masalah.
5) Reaction (reaksi) bagian yang berisi tindakan atau langkah untuk merespon masalah yang biasanya nyeleneh, unik, dan lucu.
6) Coda (koda) adalah bagian yang berisi perubahan yang terjadi pada tokoh, dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita. Bagian ini bersifat opsional (boleh tidak ada).
7) Reorientation (reorientasi) adalah bagian penutup, berupa ungkapan-ungkapan yang menunjukkan cerita berakhir (Kemendikbud 2013:308).
Anekdot biasanya berbentuk kisah yang sangat pendek, jauh lebih pendek dari cerpen. Anekdot memiliki banyak persamaan dengan cerita lainnya, bisa disampaikan secara monolog, dialog, atau campuran dari keduanya.
Dalam anekdot terdapat unsur-unsur pembentuk cerita seperti:
1) Latar(setting): tempat/lokasi terjadinya kisah, bisa ditambahkan waktu dan/atau situasinya.
2) Tokoh / Pelaku / Partisipan: orang-orang yang terlibat dalam kisah.
3) Alur: rangkaian kejadian/ peristiwa yang membentuk kisah, mulai dari (1) abstrak, (2) orientasi, (3) even, (4) krisis, (5) reaksi, (6) koda, dan (7) reoriantasi.
Sebagai cerita beralur padat, alur anekdot terdiri atas pengenalan – pendakian – klimaks – antiklimaks/ penyelesaian.
4) Sudut Pandang: penulis menempatkan diri dalam kisah:
Jika penulis menceritakan dirinya sendiri sebagai pusat pengisahan, berarti ia menggunakan sudut pandang orang pertamasebagai pelaku utama.
Jika penulis menceritakan temannya, saudaranya, tetangganya, atau orang-orang yang berelasi dengannya sebagai pusat pengisahan, berarti ia menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan.
Jika penulis menceritakan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan dirinya sebagai pusat pengisahan, berarti ia menggunakan sudut pandang orang ketiga di luar kisah.
5) Tema / Topik: tentang apa anekdot itu bercerita atau apa inti ceritanya.
6) Amanat: apa sesunguhnya yang hendak disampaikan oleh penulis, utamanya adalah sindiran / kritik terhadap fenomena sosial, politik, ekonomi, hukum, dsb.

c. Ciri Kebahasaan Teks Anekdot
Bahasa yang digunakan dalam teks anekdot membuat pembaca tertawa geli, atau setidaknya tersenyum, bahkan jengkel atau konyol. Di dalam teks anekdot sering menggunakan pertanyaan retorik (pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban) karena jawabannya akan dijelaskan dalam isi anekdot tersebut.
Kosakata yang sering digunakan diwarnai kata-kata gaul, majas (gaya bahasa) metafora (menggunakan kata atau kelompok kata untuk menyatakan perbandingan berdasarkan persamaan) dan personifikasi (majas yang menyifati benda seperti manusia), konjungsi temporal yang berfungsi untuk menyatakan urutan waktu (mula-mula, setelah, kemudian) serta konjungsi akibat (maka, oleh karena itu, jadi).

2. Membedakan Cerita Lucu/Humor dengan Anekdot
    Perbedaan cerita lucu dan teks anekdot dapat disimpulkan sebagai berikut:
Anekdot Cerita Lucu
Cerita lucu yang berisi sindiran Cerita lucu tidak mengandung kritik, himbauan atau sindiran
Terdapat dialog antar tokoh Tidak harus berupa dialog
Cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan Cerita yang bisa saja singkat atau panjang
Ceritanya nyata Cerita bisa tergolong fiktif ataupun nyata

3. Pengetahuan Kebahasaan 1: Jenis Kata
a. Nomina (kata benda): Kata ini mengacu pada benda, orang, konsep ataupun pengertian. Perilaku/ciri nomina antara lain:
- Dapat diperluas dengan kata yang + sifat. contoh: gedung tinggi, dunia yang luas, makanan yang lezat.
- Pengingkarnya menggunakan kata bukan, contoh: bukan saya, bukan kue, bukan rumah.
b. Pronomina (kata ganti): Kata ini menggantikan orang, benda atau yang dibendakan. Kata ganti dibedakan atas kata ganti orang, kata ganti tunjuk, dan kata ganti tanya.
Kata ganti orang
Orang Tunggal Jamak
Pertama Saya, aku, daku, -ku, ku- Kami, kita
Kedua Engkau, kamu, anda, dikau, -mu Kalian, kamu sekalian, anda sekalian
Ketiga Ia, dia beliau, -nya Mereka, -nya

Kata ganti penunjuk: ini, itu, sini, situ, sana, begini, begitu, demikian, berikut.
Kata ganti tanya: apa, siapa, di mana, kapan, berapa, bagaimana, mengapa.
c. Verba (kata kerja): Kata ini menyatakan perbuatan, proses dan dapat juga menyatakan keadaan. Perilaku / ciri verba antara lain:
- Dapat diberi aspek waktu, contoh: akan tidur, sedang makan, telah pergi
- Pengingkarnya tidak, contoh: tidak makan, tidak mati, tidak pergi.
- Verba keadaan hampir sama dengan adjektiva, tetapi tidak dapat diberi afiks ter- untuk menyatakan ‘paling’, misal: suka, menyenangkan, mengagumkan, memesona.
Secara garis besar, verba dikelompokkan  menjadi dua, yaitu verba transitif, dan verba intransitif.
Verba transitif: verba yang memerlukan objek, misal: membelikan, menyanyikan, melakukan.
Verba yang memerlukan objek dan pelengkap disebut verba dwitransitif, misal:
- Membuatkan adik layang-layang
- Mengirimi ibunya baju baru
- Membelikan anaknya sepeda motor
Verba intransitif: verba yang tidak memerlukan objek, misal: tidur, lari, bernyanyi, bersembunyi, pergi, bicara.
d. Adjektiva (kata sifat): Kata ini dipakai untuk menyatakan sifat/keadaan. Perilaku/ciri adjektiva antara lain:
- Dapat diberi keterangan pembanding/penguat, contoh: lebih baik, kurang lebar, agak pandai, amat kaya, hebat sekali, terlalu mahal.
- Dapat diberi afiks se- dengan makna ‘sama’, contoh: semudah, seluas, sebodoh.
- Dapat dibentuk dengan se-reduplikasi-nya, contoh: sebaik-baiknya, setinggi-tingginya, seluas-luasnya.
- Dapat diberi afiks ter- dengan makna ‘paling’, contoh: termuda, tertua, terbesar.
- Pengingkarnya ialah tidak, contoh: tidak baik, tidak mudah, tidak murah.
e. Adverbia (kata keterangan): Kata ini berfungsi memberi keterangan pada verba, adjektiva, dan bahkan kalimat.
Adverbia yang hanya menerangkan kata: lebih, terlalu, hanya, agak, amat, sangat, sekali, saja, nian.
Adverbia yang menerangkan kalimat jabatannya sebagai keterangan, dan posisinya dapat dipindah-pindahkan, misal: kemarin, tadi, biasanya, sebenarnya, sesungguhnya, agaknya, rupanya, seyogianya, kadang-kadang, sering, dll.Contoh:
- Biasanya burung berkicau pagi hari.
- Burung biasanya berkicau pagi hari.
- Rupanya ia tidak sadar kalau dirinya telah tertipu.
- Ia rupanya tidak sadar kalau dirinya telah tertipu.

B. MENGONTRUKSI MAKNA TERSIRAT DALAM TEKS ANEKDOT
1. Menggali Makna dengan Cara Menafsirkan Pelaku, Kejadian, dan Sindiran
Salah satu ciri anekdot yang baik adalah adanya makna tersirat. Di balik tokoh-tokoh yang diceritakan dan jalan ceritanya, tersimpan kritik dengan kemasan yang cerdas dalam bentuk cerita yang menggelikan. Tokoh dan peristiwa mencerminkan pelaku dan peristiwa sesungguhnya terjadi di suatu masyarakat, bangsa, atau negara tertentu, namun disamarkan sedemikian rupa sehingga tidak ada yang tersinggung.

2. Pengetahuan Kebahasaan 2
a. Kata Numeralia: Kata ini mengacu ke jumlah/kuantitas atau tingkat. Numealia sering diperluas dengan kata penggolong seperti: butir, buah, unit, ekor, orang, lembar, eksemplar, bilah, batang, helai, pucuk.
b. Kata Tugas: Merupakan kelas kata yang ciri-cirinyanya adalah:
- Hanya mempunyai arti gramatikal, tidak memiliki arti leksikal.
- Pada umumnya tidak mengalami proses afiksasi
- Sifat keanggotaannya tertutup, dalam arti tidak bertambah karena pengaruh asing.
- Tidak menduduki jabatan dalam kalimat secara berdiri sendiri.
Kata tugas dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu:
1) Preposisi
Preposisi bertugas membentuk frasa, dan posisinya selalu di awal frasa, seperti: di, ke, dari, oleh, pada, kepada, tentang, daripada, dll.
2) Konjungsi
Konjungsi bertugas sebagai penghubung antara kata dengan kata, dengan frasa, klausa, bahkan kalimat serta paragraf.
a) Konjungsi koordinatif (konjungsi setara): dan, atau, dan/atau, tetapi, namun, sedangkan, adalah, dll. Tugas utamanya menghubungkan klausa-klausa dalam kalimat majemuk setara.
b) Konjungsi subkoordinatif (konjungsi bertingkat): ketika, tatkala, sesudah, jika, kalau, manakala, asal, bila, andaikan, andaikata, sekiranya, agar, supaya, untuk, meskipun, biarpun, seakan, bagaikan, laksana, sebab, karena, sehingga, maka, bahwa, dll. Tugas utamanya menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat.
c) Konjungsi korelatif: bertugas menghubungkan kata/frasa/klausa yang setara kedudukannya, tetapi konjungsi ini terpisah, misal: 
baik .......maupun .....;
jangankan ....., ......pun;
tetapi hanya ......, tetapi juga ......;
entah ....... entah ......
3) Artikel (Kata Sandang) adalah kata tugas yang membatasi makna nomina, contoh:
- sang guru sang raja, sang ratu, sang pujaan (sang bermakna tunggal, hormat)
- para pemain, para siswa, para pekerja (para bermakna jamak)
- si cantik, si kidal, si miskin, si kaya, si kecil (bermakna netral)
4) Partikel: berfungsi sebagai pementing atau penekanan. Dalam kalimat inversi, jika tanpa partikel, kata terasa kaku, seperti ada yang kurang. Dalam kalimat perintah, partikel berfungsi sebagai penghalus (-lah, -kah, -tah, pun, deh, dong, kek, sih)
5) Kata Seru (Interjeksi): adalah kata tugas yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Maknanya sering tergantung konteks (situasi/kondisi): aduh, astaga, wah, wo, ho, hu, hai, nah, oh, celaka, alhamdulillah, dll. contoh:
- Aduh, sakit!
- Astaga, kamu ceroboh sekali!/ Astaga, si Bejo ada ada saja!
“Wah, bagus sekali!” Kata Ibu.
c. Unsur Kalimat
Kalimat terdiri atas unsur-unsur fungsional yang disebut: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (K), unsur-unsur tersebut membentuk pola kalimat, contoh:
(1) Masyarakat pedesaan mendukung pembangunan jembatan itu
S P O

(2) Di desa kami sedang diadakan penyuluhan gizi
K P S

(3) Tugas kita sekarang adalah mengisi kemerdekaan
S P Pel.

(4) Ibu Membelikan adik baju baru
S P O Pel.
Perbedaan objek dan pelengkap:
- O berada di belakang predikat kata kerja (verbal) berimbuhan me- dengan berbagai variasinya,
- O dapat menduduki subjek jika kalimat dipasifkan.
- Pel. berada di belakang predikat kata kerja (verbal) berimbuhan selain me-.
Contoh:
(1) Penjaga gawang menangkap Bola Bola ditangkap Penjaga gawang
S P O S P O


(2) Negara Indonesia berdasarkan Pancasila Pancasila ......... Indonesia (?)
S P Pel. S P O

(3) Kemarin paman kecurian Sepeda motor
K S P Pel.

(4) Minggu lalu Barak pasukan AS kejatuhan bom
K S P Pel.


Komentar

  1. Terima kasih, ya. Materinya sangat bagus dan bermanfaat

    BalasHapus
  2. terimakasih untuk materinya semoga bermanfaat untuk semua

    BalasHapus
  3. Terima kasih banyak untuk materi pembelajarannya, saya izin mengutip ya mas🙏.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERMAINAN BOLA BESAR DAN BOLA KECIL

KERAJINAN DAN WIRAUSAHA DENGAN INSPIRASI BUDAYA LOKAL NON BENDA